Monday, April 27, 2009

Punya anak kecil itu ... ?

bismillahirrahmanirrahim
Gmn kabar semua?
Especially yg dah pada beranak pinak :D.
Semoga sehat selalu. amin


Punya anak kecil itu :

- menitikkan air mata-walau dikit-, ketika terdengar tangisnya yg pertama

- terbayang dan terlaksana menjadi seorang ayah/ibu
- menyiapkan popok dan gurita untuk si kecil
- melihatnya menikmati ASI dari bundanya
- menemaninya agar bobonya tak terganggu oleh nyamuk
- mengganti popoknya saat tengah malam dia terjaga

agak besar, punya anak kecil itu :
- merangkak kesana kemari
- mengambil dan memasukkan ke dalam mulut setiap benda yang ia pegang
- dia juga gak takut megang kabel-kabel listrik, telp, tv, komputer
- sesekali dia mecahin piring yg berada di tengah meja, kemudian mendorongnya
- sesekali dia membanting handphone kesayangan abi-umminya
- dia juga gak sungkan, membebaskan burung perkutut kebanggaan abinya dari sangkarnya
- sesekali dia berada di bibir kasur, sementara kedua orangtuanya deg²an khawatir terjatuh
- sesekali dia malah terjun bebas dari kasurnya dan sedikit menangis histeris karena kepalanya membentur keramik keras

hingga usia hampir 1 tahun, punya anak kecil itu:

- baju² kecil telah tergantikan dengan baju model dewasa
- popok, gurita telah lama ditinggalkan
- celana panjang dan topi serta kaos menjadi gantinya
- sesekali Umminya harus berteriak karena si Kecil sudah pandai menggigit
- bahkan menggigit keras sumber kehidupannya ASI
- sesekali pula dia gigit tangan-tangan orang-orang yang berada disekitarnya
- bahkan tak jarang membuat sedikit luka dengan darah segar mengalir
- Si kecil tak mau duduk, dia merangkak dan berdiri, berjalan gontai
- Sesekali dia terjatuh tak sempurna, kepala bagian belakang membentur lantai keramik-teriak menangis
- Sesekali dia berhasil menopang badannya yg mungil dengan kedua tangannya
- Sesekali dia terjatuh kedepan, bibir dan mulut membentur keramik-berdarah dan menangis
- Ketika makan bersama, dia tak mau duduk
- Dia berjalan kesana kemari, naik meja, mengambil semua makanan
- Memasukan ke dalam mulutnya, tak muat dan tercecer disetiap helai taplak meja
- Bahkan sambal sayur asem pun dia cicipi, pedas dan menangis lagi
- Sesekali dia mengambil paha ayam kesukaan abinya
- Sesekali dia sajalah yang makan-makan, padahal seluruh keluarga besar kelaparan menanti makanan
- Sesekali dia tertidur pulas, wajahnya tetap manis dengan senyum kemenangan atas tumpahnya gulai semangkuk besar
- Bahkan bibirnya tersenyum indah diantara matanya yang tertidur ketika seisi rumah rame-rame mengepel lantai lantaran aqurium besar tumpah dan pecah
- Wajahnya masih tersenyum indah, ketika sang bunda meletakkannya di kamar kecilnya
- Sang Bunda menghampiri Sang Abi.

: "Bi, sabar yahh "
: " Siap, mi"


Thursday, April 16, 2009

Berbagi Rejeki adalah Rejeki

bismillahirrahmanirrahim


Coba tanyakan pada hati nurani kita semua !
Siapa sih yang memberikan kita kesempatan untuk berbagi dengan sesama?
Ya Alloh SWT.
Dia lah yang memberikan rezeki pada kita berupa kesempatan berbagi antar sesama manusia.

Ini pula yang dialami oleh Hanif besar, ketika suatu sore dia berbelanja di toko swalan dekat rumahnya.
Si Hanif hanya membeli sedikit keperluan yang belum terbeli di pasar tradisional.
Seperti snack dan minuman ringan.

Sementara itu di dekatnya seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh bersama anaknya sedang memilih-milih obat-obat.
Berbeda mungkin dengan kita. Jika kita membeli obat kita hanya membaca komposisi dan indikasinya saja.
Namun berbeda dengan ibu tadi, dia begitu terkesima dengan lebel di obat itu.
Label yang membuat dia segera mundur dan meninggalkan toko itu bersama dengan anaknya.

Sambil berlalu, sayup-sayup SI Hanif mendengar kalimat yang terlontar dari Si ibu.
"Uangnya ndak cukup dek, kita pulang aja. lain kali kita beli"....

Si Hanif iba mendengarkan kalimat itu.

Ibu dengan baju lusuh pergi bersama anaknya. Mereka mengayuh gontai sepedanya.
Entah pergi kemana, mungkin pulang.

Si Hanif berusaha mengejar ketika sepeda mereka telah hilang di telan gang-gang sempit yang ada sekitar toko.
Dia merasa sedih tidak bisa membantu si Ibu untuk membeli obat.
Dia merasakan sedih lagi, membayangkan kesedihan anak kecil yang tidak dibelikan obat dan kesedihan ibu yang tidak bisa membelikan obat.

Si Hanif hanya bisa beristighfar, melewati kesempatan rezeki dari Alloh SWT untuk berbagi.
Dia berjanji akan berusaha tidak menyia-nyiakan kesempatan lain.
Dan kesempatan memang bisa dibuat, gumamnya.


Semoga.