Friday, January 18, 2008

Tak berubah, hanya berbeda sedikit

bismillahirrahmanirrahim

Ikhwah fillah.....Perjalanan dakwah yang panjang senantiasa menemui berbagai dinamika. Karena dimanika ini lah yang membuat dakwah menjadi hidup.

Adalah sebuah harakoh menjadi kokoh lantaran amalnya yang tertata rapi. Harakah menjadi kuat dikarenakan para jundinya yang komitmen pada prinsip-prinsip harakahnya, terlebih lagi pada prinsip dasar Islam.

Ketika suatu saat salah seorang calon dan anggotanya menyatakan diri keluar dari barisan harakah, ibarat kereta api maka secuil gerbong telah putus-lepas. Terlepasnya secuil gerbong ini bisa melepaskan lagi gerbong-gerbong yang ada dibelakangnya. Kecuali jika dia tak memiliki gerbong lagi di belakangnya.
Meskipun kereta yang baik akan senantiasa mengganti gerbong-gerbongnya dengan yang terbaik.

Itulah sekulit analogi yang sedang Afoe bangun ketika mendengar bahwa seorang akh telah berhenti dari aktivitas tarbiyahnya.

Alhamdulilah sore kemarin diberikan kesempatan oleh Alloh SWT untuk bertemu dengannya.
Sejenak Afoe siapkan diri. Menyapanya dan memberikan salam, tak lupa senyuman untuknya.
Dia menjawabnya, menyalami tangan dan membalas senyuman Afoe.

Afoe langsung "tembak" meminta penjelasan terhadap kabar yang beredar di kalangan ikhwah bahwa dia sudah berhenti dari halaqohnya.
Dia memceritakan alasan-alasan kenapa dia berhenti dari tarbiyahnya.
Suaranya, geraknya, penjelasan-penjelasanya, hingga caranya mengungkapkan kondisi diri dan ummat yang begitu terpuruk SAMA persis dengan dahulu.

Afoe hanya menghitung dan menghitung tentang rehatnya dia dari tarbiyah lantaran kurangnya porsi tarbiyah ruhiyah untuknya. Aktifitasnya yang padat di wasilah dakwah berupa partai membuat kering ruhiyahnya.
Dia berontak ingin mendapatkan pengajaran-pengajaran tarbiyah yang super, yup super tarbiyah.
Super tarbiyah ruhiyah adalah memungkinkan para adho'nya menjadi jundi yang militan.
Yang dapat bertahan ketika ujian ruhiyah menerpa.

Hal ini pernah Afoe sampaikan kepada para pengelola kader. Alhamdulillah langsung direspon dengan tenggang waktu 1 bulan-an. Respon berupa pengadaan majelis ilmu rutin selain halaqoh, para ikhwah sering menyebutnya dengan majelis taklim 2 pekanan, ada juga yang menyebut dengan tarbiyah tsaqifiyah.
Sayang jika taklim ini kurang diurusi, padahal untuk kader muda taklim penting.

Kembali kepada ikhwah yang kini berhenti tarbiyah.
Afoe terus mendengarkan penjelasannya yang tegas, jelas. (lagi² sama seperti dulu ketika dia masih tarbiyah, semangat).

Dari penjelasanya Afoe menyimpulkan bahwa yang dia lakukan saat ini adalah sama dengan yang dia lakukan dengan dahulu. Sekarang dia sedang menimba ilmu sebanyak-banyaknya untuk bekal diri dan mungkin keluarga serta umat Islam.
Dia hanya tidak tarbiyah dalam harakah ini, melainkan sedang menggali ilmu di tempat lain.
Dia sedang tidak berkenan untuk melakukan aktivitas lain selain dari yang dia yakini saat ini.
Sesungguhnya tak ada yang berubah darinya, dia hanya berbeda sedikit dari yang dulu.



*Toek saudaraku, kutungu kontribusi dakwahmu yang nyata. Bukan hanya kata.

Monday, January 14, 2008

Cukup 3 menit melintas Jawa Tengah & Jawa Barat

bismillahirrahmanirrahim

Ahad, 13 Jan 2008

Rombongan binaan Afoe melakukan silaturahim ke salah satu anggota halaqoh yang berasal dari luar kota. Kami berangkat dari kota Tegal menuju Losari pukul 16.30.

Perjalanan menggunakan bus antar propinsi membuat kami terasa "nyaman". paling tidak ukuran bus yang besar membuat perjalanan tak khawatir tersalip dan tertinggal dari kendaraan lain.

Tarifnya sangat murah, jika dibandingkan dengan jauhnya jarak serta rawannya jalan raya. Mulanya kami akan menempuh perjalanan dengan motor, namun khawatir dengan keganasan jalur pantura. Apalagi berdasarkan pengalaman pribadi jalur panturan di bagian barat Jawa Tengan itu menyempit.

Untuk orang dewasa, kondektur bus mengenakan tarif Rp. 6.000, jika bisa menawar kita mendapatkan korting Rp. 1.000. Sementara untuk anak-anak (pelajar) hanya dikenakan tarif Rp. 3.000. Murah kan?

Satu setengah jam kemudian, kami telah sampai di tempat tujuan. Losari. Kaki kiri turun dari bus diikuti kaki kanan yang sigap melompat. Beriringan dengan teman-teman lain berjalan menuju salah rumah. Kira² 400 meter, kami berjalan hingga menjumpai rumah berwarna putih dengan pagar besi berwarna hijau. Yah, itulah rumah kawan yang kami tuju.

Kami masuk dan rehat sejenak melepaskan lelah serta beradaptasi dengan lingkungan.

Beberapa menit kemudian, seluruh penghuni rumah itu pulang. Ada ayah, ibu, kakak, kakak ipar, dan keponakan dari teman kami. Mereka menyapa kami dengan hangat.

Hari semakin sore, ayam-ayam kembali ke kandangnya. Langit mulai gelap, matahari telah lebih dahulu berada dibalik cakrawala sore. Esok ia akan kembali bekerja. Insya Alloh.

Kami berdelapan, bersiap untuk sholat Maghrib di sebuah mushola kecil yang terletak 200 meter dari rumah teman kami. Mushola mungil ini mampu menampung 50 jamaah laki-laki dan 30 jamaah wanita. Suasana khas pedesaan sangat jelas terlihat. Rukun dan tenang. Kami berlomba menempati shof sholat terdepan, karena kami yakin itulah barisan sholat terbaik. Demikian pula ketika sholat Isya dan Shubuh disana.

Ba'da mahrib kami menggelar pengajian rutin hingga pukul 22.00. Ketika adzan Isya berkumandang kami jeda untuk rehat dan melanjutkan usainya.

Malam hari itu, tema yang diambil adalah KREATIF. Tema ini diambil lantaran kebutuhan para peserta. Pserta yang rata-rata masih usia sekolah menengah atas ini diharapkan dapat menapaki hidup penuh kreatif. Masa muda sering dijadikan lompatan prestasi unggul juga sebaliknya menjadi masa hitam menuju kehancuran.

Pemuda sering berpikir pendek tanpa mengingat akan masa depan. Yang mereka tahu adalah hidup itu SEKARANG dan SEKARANG lah hidup. Bukan BESOK apalagi masa depan, kecuali ada yang mau mengingatkan (orangtua, guru, pendamping/pembimbing, saudara, teman, dan sahabat).

Kreatif adalah sebuah sifat yang memungkinkan pelakunya tidak akan mengalami mati kutu dalam menghadapi berbagi ujian. Dia akan terus mencari-cari celah demi mendapatkan cita-citanya. Bayangkan jika mereka kreatif dalam kebathilan, kejahatan dan kemaksiatan. Sungguh sangat sulit untuk mengobatinya.

Rasa ingin tahu, berontak, dan jiwa yang bebas dimiliki oleh hampir semua pemuda. Managemen yang salah dapat membuat mereka terjerembab dalam kenistaan yang tiada akhir, hingga akhirat. Naudzubillah.

Kajian diakhir pukul 22.00, kami rehat untuk mempersiapkan Qiyamulail pukul 03.00 dan riyadhoh ba'da Shubuh.

5 Jam kemudian kami bangun melaksanakan sholat tahajud di rumah teman kami hingga pukul 04.15. Sambil menuggu sholat shubuh datang, kami melakukan tilawah, rehat, dan nglipatin kasur serta selimut dan bantal yang kami pakai.

Adzan Shubuh terdengar nyaring. Lebih nyaring dari adzan Maghrib dan Isya. Mungkin karena suasana Shubuh jauh lebih tenang. Kami bergegas ke mushola agar bisa menempati shof terdepan, persi di belakang sang imam. Hanya 20 menit kami berada di mushola itu, sholat, dzikir, dan berdoa kepada Alloh SWT.

Udara sejuk pagi hari menyapa, ketika kami melakukan joggin menyusuri jalanan sempit kampung Losari. Kami berada tepat di perbatasan antara propinsi Jawa T engah dan Jawa Barat.

Hanya membutuhkan waktu sekitar 3 menit kami dapat memasuki wilayah Jawa Barat, begitu pula kami kembali lagi ke wilayah Jawa Tengah dalam 3 menit.

Perbatasan ini berupa sungai Cisanggarung. Dengan lebar ± 100 meter yang memisahkan propinsi Jawa T engah dan Jawa Barat membuat kami begitu bangga, dapat melintasinya dengan waktu lumayan cepat, 3 menit.

Diatas sungai ini dibangun jembatan besar yang kokoh dan kuat, membuat perekonomian menjadi hidup. Bahkan di bawah jembatan ini terdapat pasar kebutuhan sehari-hari.

Saturday, January 12, 2008

Bahaya-nya Percepatan yang tidak seimbang

bismillahirrahmanirrahim


Kecepatan yang tidak seimbang justru akan menggagalkan pencapaian tujuan.
Kerja cepat bukan berarti terburu-buru, melainkan penuh perhitungan.
Berhenti sejenak untuk kemudian melompat lebih jauh adalah lebih baik, dari pada berjalan cepat namun gagal.
Apalagi berhenti sama sekali meninggalkan arena perjuangan.

Hidup ini adalah perjuangan, tiada masa tuk berpangku-tangan. Perjuangan yang kita lakukan sangatlah panjang, melelahkan, penuh rintangan, halangan. Seyogya-nya para ikhwah memahami perjuangan panjang ini memerlukan kesabaran, kreatifitas dan kekuatan untuk istiqomah.

Kerjasama dalam beramal jamai menjadi sebuah alternatif terbaik. Kerja bersama memungkinkan para pejuang menjadi penggerak pada sel-sel masing-masing. Kesadaran tentang urgent-nya masing-masing bagian membuat ikhwah saling menunjang kerja ikhwah lain. Dia juga semakin mantap dalam menjalankan amanah yang dibebankan padanya.

Ibarat sebuah mobil, setiap komponen adalah penting, betapapun kecil. Yang besar menjalankan fungsi sesuai tugasnya, yang kecil pun demikian.

Indahnya amal jama'i.

Friday, January 11, 2008

Mukhoyam ( Bagian V, Mendaki gunung Merbabu, TAMAT)

bismillahirrahmanirrahim

Ikhwati fillah, di penghujung catatan Mukhoyam, Afoe akan sajikan reporting perjalanan mendaki gunung. Diselingi dengan outbond-outbond menarik sekaligus strategi ketangkasan membela dan menyerang.

Catatan sebelumnya mengisahan perjalanan mukhoyam pada materi survival, memburu ayam, belalang, dan sayuran. Berikutnya memakan menu-menu diatas beramai-ramai.

Matahari cerah memancarkan sinarnya. Membasuh dedaunan cemara dan sejuta batang pohon yang berdiri tegak mencengkram bumi.
Ratusan orang-orang nampak berkumpul diantara celah-celah pepohonan yang jarang. Mereka menggerak-gerakkan badannya. Mereka sedang olahraga senam.
Terdengar keras alunan suara kaset senam pengiringnya. Semakin dekat pengamatan semakin jelas bahwa mereka memang sedang senam. Raut muka mereka nampak berseri meni'ati udara segar yang sudah lama tak mereka dapatkan.
Udara segar ini menyapu wajah-wajah penuh senyum yang terbiasa hidup di dalam hiruk-pikuk kota nan gersang, panas, dan pengap.
Sejenak mereka melepaskan kepenatan diri.
Dan Afoe berada diantara ratusan orang-orang itu. Larut dalam olahraga penuh semangat, penuh persaudaraan.

Keringat bercucuran tanda badan telah panas, siap melakukan kegiatan-kegiatan berikutnya.
Senam usai, kami kembali ke "tenda" *).

OutBond
Peluit pendek-pendek terdengar dari pusat lapangan. DAlam hitungan kurang dari 10 seluruh peserta nyaris telah berkumpul. Sisanya harus menjalankan 5 kali push-up sebelum bergabung dalam barisan kelompoknya.

Pagi itu, kami akan melakukan outbond ringan. Masing-masing kelompok disebar pada tiap pos agar tidak terjadi pengumpulan peserta.

Mula-mula menuju pos II (seluruhnya ada 4 pos). Disana sudah siap seorang pemandu outBond.
Games yang akan kerjakan mempunyai nama "Kecil tapi Besar" ( ini versi Afoe lho...ndak tahu namanya apa? Panitia ga memberikan nama, dan meminta kami melakukan instruksinya).

Ada dua utas tali kapal yang diikatkan pada sebatang pohon. ada 8 batu yang berada di bawah tali besar itu.
Aturannya adalah :
1. Salah satu peserta harus mengambil batu-batu yang berada di tanah tanpa berjalan menyentuh tanah.
2. Jika peserta menyentuh tanah/jatuh maka harus diganti dengan peserta lain.
3. Cara mengambil harus menggunakan media tambang besar tadi.

Kami harus melawan kelompok lain yang juga telah siap.
Hitungan ke 3, permainan dimulai.
Seorang dari kami yang memiliki tubuh ringan dan cakap dalam berpegangan tali dipilih.
Dia merayap di bawah tali besar yang dibentangkan dengan kekuatan 15 orang.
Sungguh benar-benar yang disampaikan pemandu.
Bahwa beban satu orang tadi nyaris lebih berat dari 15 orang yang menarik tali.

Dengan susah payah kami memutarkan tali agar teman yang sedang bergelantungan di tali bisa mengambil batu dibawahnya.
Batu I, II, III, IV, V, VI,VII berhasil kami ambil.
Sedangkan batu yang terakhir harus kami ambil dengan tenaga ekstra karena lawanpun ternyata mampu melakukannya. Alhamdulilah, kali ini kami berhasil menyelesaikan games ini lebih dahulu. Menang.

==Bisa mbayangin permainannya gak? makanya ikut mukhoyam biar tahu sendiri...:)= =

Game II, kami harus estafet tongkat selama 16 kali putaran dengan cara merangkak dibawah sudut yang terbentuk dari kaki-kaki peserta yang berdiri.
Game ini bersifat kompetisi dengan tim lain.

Coba perhatikan permainannya.
16 orang berdiri lurus membuka kaki-kakinya (kangkang). Begitu pula dengan tim lain melakukan hal yang sama.
Seperti biasa, aba-aba mulai jatuh pada hitungan 3.

Peserta yang berdiri paling depan berlari menuju barisan paling belakang, membawa tongkatnya dan merangkak dibawah timnya yang kangkang. Begitu seterusnya hingga estafet terakhir pada anggota urutan 16.
Pada permainan ini, kelompok kami harus puas di posisi II.

Permainan ketiga adalah balapan berjamaah.
Seutas tali besar yang diikat melingkar, kami ambil dan semua anggota tim.
Kami berkompetisi dengan kelompok lain. Game ini pun kami harus puas di posisi II. Alhamdulillah tetap ceria dan bugar.

Sebenarnya masih ada 3 games lagi yang akan dimainkan, tapi karena waktu semakin sore dan kami harus mendaki Merbabu maka permainan dicukupkan.
Permainan yang tersisa, adalah Mix Of Three = merangkak, lompat harimau, dan roll depan belakang dalam satu ritmen, Menara Manusia, dan terakhir, Flaying Fox.

Kami rehat, berkemas, membersihkan belantara dan segera apel pemberangkatan pendakian.

Mendaki Gunung Merbabu

Kami meninggalkan belantara pukul 17.00, alhamdulillah kami telah melakuakn sholat dhuhur dan ashar yang dijamak.
Perlahan menapaki jalanan alam yang ditengah-tengah bukit. Sepanjang jalan pemandangan indah terhampar. Sawah-sawah terpetak alami. Kebun-kebun milik penduduk nampak subur dengan tanaman palawijanya. Sebagian masih ada yang sedang digarap oleh pemiliknya.

Kami berjalan seperti semut yang sedang membawa makannya. Bekal dan peralatan mukhoyam tersimpan rapi di dalam ransel. Tongkat-tongkat yang terbuat dari bambu menjadi pegangan.

Jalanan yang berkelok,turun-naik, beraspal, berbatu, dan seringnya hanya berupa tanah liat kami susuri.

1,5 jam kami berjalan. Beberapa dusun-dusun kami lewati. Penduduknya ramah khas pedesaan. Asap mengepul dari reremputan yang dibakar pemilik kambing, sapi dan kerbau.
Penduduk lainnya lebih memilih memelihara kelinci. Kandang yang terletak di depan/ disamping rumah memudahkan kami mengetahui hewan-hewan apa yang dipelihara oleh penduduk.

Alhamdulillah, kini kami akan melewati jalan beraspal halus, halus banget seperti jalanan kota.
Mungkin jalanan ini digunakan untuk mempermudah arus petani dalam membawa hasil bumi ke kota. Alhamdulillah, pemerintah memperhatikan aspek perekonomian desa.
Benar saja selama 1/2 jam jalan yang kami lalu beraspal dengan tikungan dan tanjangan serta posisi turun yang tajam.

Menjelang maghrib kami sampai di Posko Pemantauan Gunung Merbabu. Posko ini digunakan untuk mendata para pendaki yang akan melakukan pendakian.
Pelaporan keberangkatan, dan waktu pulang pendakian.

Seluruh kelompok memeriksa anggotanya. Perhitungan final, kelompok kami hanya memberangkatkan 15 orang karena satu orang tidak dapat mendaki dengan alasan cirik khusus (sakit, baru saja dioperasi, cacat, dll).

Usai sholat maghrib dan menjamak sholat Isya. Seluruh peserta mendapatkan fasilitas makan malam sederhana.
Kami juga dibekali dengan singkong, buah salah, dan gula jawa 1 kg. Alhamdulilah.
Botol-botol kini telah terisi penuh oleh air mineral.
Persis pukul 19.00 kami mulai pendakian.

Perlu diketahui bahwa gunung Membabu memiliki tinggi 3142 mdpl dibagi menjadi 4 pos pendakian.
Masing-masing pos memiliki ketinggian yang berbeda. Semakin banyak nilai pos semakin tinggi tempatnya.

Jalanan yang dilalui berupa tanah liat yang membentuk jalur panjang setapak seperti ular. Dibagaian lain berupa bebatuan dan berair, licin.
Dikiri dan kanan terdapat jurang yang terjal. Harus ekstra hati-hati.
Pos I telah terlewati.

Malam semakin larut, namun kami tetap mendaki mengejar matahari yang akan terbit di esok hari. Secercah iming-iming hadiah akan indahnya matahari terbit- sunrice-.

Langit yang berawan memberikan keindahan tersendiri. Bulan setia menyinari dan menamki kai mendaki sang Merbabu.
Dalam hati kami bertasbih, takbir memuju kebesaran alloh SWT atas ciptaanNya.

Tiba di POS II, kami kembali rehat, mengisi botol-botol dengan air mineral alami gunung.
Pos ini dikabarkan sebagai cadangan air terakhir.
Kami minum sepuasnya.
Setelah lapor kami melanjutkan perjalanan ke pos III.

Perjalanan semakin sulit saja. Jalanan yang setapak kini menyempit oleh tanaman liar. Bahkan ada yang terbelah oleh air hujan dari puncak gunung. Sangat jelas jejak air hujan dari bekas alirannya.
Kami bayangkan bahwa air ini tidak sedikit, melainkan seperti arus sungai yang mengalir deras dari tempat tinggi.

Kami terus menyusuri jalan setapak hingga lelah benar-benar menggerogoti tubuh kami. Kami tidur ditempat terbuka. Diantara bongkahan tanah dan pepohonan pete cina.

Jika diingat, kami hanya rehat 15-30 menit tiap pos.

Kami bangun, melaksanakan sholat malam/tahajud sekuatnya. Sungguh sholat yang sangat berat. Point menjadi ibroh, betapa sangat merugi orang-orangyang diberikan keluangan dan kekuatan sehat malas untuk qiyamulail.

Bayang-bayang pos IV dan puncak Merbabu ditambah denagn indahnya matahari terbit menyemangati kami untuk melanjutkan pendakian.
Letik yang terasa seakan terlupakan untuk segera menyelesaikan pendakian.

Sementara itu, dari kejauhan sosok gunung Merapi dan Semeru berdiri tegak memaku bumi. Jalan-jalan tol di kota tampak kerlap-kerlip lampunya. Indah dan indah.

Tak terbayangkan, kami berhasil mencapai POS IV. Sebuah pos lebih mirip dikatakan sebagai puncak.
Kami berpikir bahwa Pos IV adalah puncak karena memang letaknya paling tinggi diantara tempat lain.
Udara jauh lebih dingin dari udara lemarin es/kulkas di rumah kita. Sungguh.
Kulit tangan membeku. Sakit dan dingin seperti memegang bongkahan es balok. Dingin.

Sedih memang, ketika mengetahui sebagai anggota kelompok kami tak bisa mencapai pos IV. Mereka sakit sehingga harus rehat di pos II dan III. Insya Alloh nanti, kami akan berbagi tentang kondisi puncak yang kami gapai.

Kata panitia yang berada di POS IV, puncak merbabu berada diatas pos ini. Kira² 45 menit perjalanan kaki.
Wah........
Kabut dan awan yang bertebaran menutup puncak gunung. Kami pun seperti berdiri diatas awan yang berterbangan disekitar kami.

Tak berapa lama nampak puncak gunung Merbabu. Disana ada semacam tower/pemancar. Dengan menggunakan tenaga angin, kincir yang berada di tower itu menghasilkan listrik. Sayang tower itu terlihat rusak.
Baling-baling dari kincir angin mengeluarkan suara seperti helikopter. mirip banget.
Dari Pos IV malah semua orang menduga kalau di puncak Merbabu sedang ada pendaratan helikopter.

Pukul 05.15, kami tiba di puncak. Melaporkan keadaan personil kami dan segera turun.
Kami segera turun karena tak tahan dengan suhu udara yang terlalu dingin dan angin yang bertiup kencang.
Posisi puncak yang curam juga sangat membahayakan bagi para pendaki.

Kami menuruni gunung Merbabu. Segera, setengah berlari.
Alhamdulillah, kami berhasil "menaklukan" gunung merbabu.





*) Tenda ini terbuat dari selembar jas hujan yang dibawa masing-masing peserta, beruntung Afoe membawa jas hujan berbentuk seperti kostum Batman sehingga bisa dibuat atap dan tembok mungil.beruntung lagi ketika peserta tetangga mendirikan tenda persis menempel dengan tenda Afoe, koalisi. Satu untuk atap dan tembok, satunya lagi untuk alas. Bagaimana dengan peserta yang membawa jas hujan berbentu celana dan baju? Bayangin aja sendiri...:)

Wednesday, January 09, 2008

Mukhoyam ( Bagian IV, Survival )

bismillahirrahmanirrahim

Semakin hari, mukhoyam Sapu Jaga ini menuntut kesabaran dan kreatifitas. Seperti hal nya ketika peserta tak mendapatkan jatah makan dari panitia. Hari-hari pertama, panitia selalu memberikan kesempatan kepada semua peserta untuk rehat menikmati makan baik pagi, siang ataupun malam.
Bahkan di hari pertama, panitia berbaik hati menyediakan sarapan pagi berupa nasi putih+ gulai ayam, wuih ni'mati banget, meski nasinya sangat sedikit tanpa lauk lain....

Kali ini peserta yang berjumlah 20 kelompok diberikan masing² seekor ayam hidup. Ayam ini di lepas di belantara tempat kami berkemah. Setelah mengejar kesana-kemari, akhirnya para peserta tiap-tiap kelompok memperoleh ayam yang masih hidup, beberapa malah memperoleh lebih dari satu ekor sehingga kelompok kami cukup dengan mengambil hasil tangkapan kelompok lain yang lebih.
Lumayan, hemat tenaga.
Tadinya kami panik, khawatir tidak mendapatkan jatah ayam.

Panitia memberikan kebebasan kita untuk menikmati ayam itu, matang atau pun mentah.
Mereka hanya memberikan kecap sachet dalam ukuran yang sangat kecil. Alhamdulillah.
Untuk menu tambahan, panitia menyuruh kami mencari satu hewan dan 2 jenis tanaman.

Kelompok kami dan juga para peserta lain sigap berlarian menuju ladang dan sawah yang berada tepat di bawah belantara yang kami diami selama 3 hari.
Include me pun berlari kencang menuju kesana. Dalam benak, tak mau kalau kelompok kami harus kelaparan lantaran tidak mendapatkan tambahan menu.

Tiba di areal ladang, mata ini segera menebar pandangan, kalau-kalau ada hewan yang bisa ditangkap. Sepanjang waktu mengamati, tak ada hewan besar yang dapat ditangkap. Kalaupun ada binatang itu hanyalah capung, belalang, kupu-kupu, semut, dan binatang kecil lainya.

Ketika asyik berburu, tiba-tiba beberapa orang dari kelompok lain berlarian mengejar sesuatu. Ternyata mereka berlarian mengejar belalang, tak banyak berpikir kami pun melakukan hal sama, menangkap belalang. 18 ekor tertangkap. Memasukannya ke dalam plastik kecil yang kami bawa. Kami juga memetik beberapa daun muda seperti talas, tanaman jambu, daun wortel, dan buah tomat dengan ijin terlebih dahulu ke pemiliknya.

Kami segera kembali melaporkan hasil buruan kepada panitia. Menyebutkan nama dan asalnya. Kami diharuskan memakan semua hasil buruan. Wah......

Oh yah, ayam yang telah kami tangkap sekarang sudah bersih dari bulu² dan kotorannya. Salah satu teman kami membawa pisau tajam yang memang disiapkan dari rumah untuk keperluan mukhoyam. Berguna dong.

Tak disangka beberapa anggota kelompok kami, juga membawa korek apik, garam, sambal kecap, dan saus cabe. Subkhanallah. Kayaknya mereka telah berpengalaman survival.

Ayam kemudian di bakar 20 menit, bagian luar terlihat telah matang. Aroma sedap dari daging ayam yang terpanggang memenuhi sekitar tempat pembakaran. Asap mengepul ke atas, menghilang disapu angin.

Kami berkumpul di sebuah tanah berumput yang agak datar. Ayam bakar, 18 ekor belalang, dan daun-daun muda ditempatkan di tengah-tengah kami yang duduk melingkar.

Sementara itu, seorang panitia menghampiri kami. Dia bertugas mengawasi dan menilai hasil olahan kami. Dan yang lebih penting bagaimana cara kami menghabiskan semua menu di atas secara syar'i.

Mula-mula saya tertawa senang. Senang karena hari itu kami tetap makan, yah makan ayam bakar dan segala menu pelengkap lainnya. Mendadak wajah ini pucat, badan gemetar dan mata hampir berkaca-kaca ketika panitia menyuruh setiap peserta memakan satu ekor atau lebih belalang yang sudah ditangkap sebelum merasakan kelezatan ayam bakar.

Sungguh ini adalah keadaan yang sangat sulit bagi saya. Sejak dahulu saya belum pernah makan belalang. Jangankan belalang, udang goreng saja saya harus merem-merem karena menyamakan seperti belalang. Apalagi ini belalang beneran, masih hidup, loncat-loncat dan berwarna coklat. ASLI SERAM.

Perjuangan Menyantap Belalang

Semua teman-teman memberikan support agar saya bisa memakan belalang yang kini sudah berada di antara apitan jari telunjuk dan ibu jari. Saya perhatikan bentuk tubuh belalang ini, tetap seram dan seram. Panitia yang dari tadi standBy menyuruh saya segera memakan dan mengunyahnya. Teman-teman simpati, memberikan air teh manis dan air putih kepada saya.

" Ayo akh, masukan dan langsung kunyah biar tidak loncat-loncat di dalam mulut " salah satu teman saya berseru.

Dengan mengucapkan basmalah, saya pencet belalang "lezat" ini. Memasukannya ke dalam mulut dan segera menelannya. Saya tak sanggup mengunyahnya. Sungguh tak sanggup.

Santap Ayam Bakar

Sekarang giliran kami menikmati ayam bakar. Ayam yang dibakar denga kayu-kayu pinus, daun pinus dan sedikit kertas koran bekas sajadah sholat cukup lezat. Kami begitu meni;matinya. Mungkin karena sejak pagi kami tak mendapatkan sarapan dan makan. Bagian dalam ayam bakar itu terlihat masih merah tanda proses pembakaran tidak sempurna. Mentah, bahkan beberapa bagain kecil lain ada darah. Tetap lezat.

Saturday, January 05, 2008

Mukhoyam ( Bagian III, Teori Ilmu kesehatan & Sekilas tentang Mukhoyam)

bismillahirrahmanirrahim

Ikhwah fillah, mari kita lanjutkan perjalanan mukhoyam.
Alhamdulillah pagi ini kita sudah memasuki bagian III, semakin hari semakin berat saja tantangannya.
Semoga Alloh memberikan kekuatan pada kita. La Khola Wala Quwwata Ila Billah.

Bagian III ini memang tak banyak menyita energi untuk bergerak, lantaran agendanya adalah tasmi' (mendengar) dan menulis ringkasannya.
Namun demikian, justru pada session ini banyak ikhwah yang kelimpungan juga. Agenda sebelumnya yang telah menguras tenaga membuat 90 % peserta merasakan "dimanjakan" dengan agenda teori.

Kami duduk di bawah pepohonan yang rindang, di depan seorang muwajih (narasumber) bidang kesehatan. Sebut saja salah satunya dr. Dodi. Beliau kini lebih aktip di bidang Herba Penawar Alami ( HPA ).
Beliau condong kepada kesehatan alami/ non kimia ( sintetis, tiruan) dari pada harus menjaga kesehatan dengan cara-cara obat kimia.
Beliau juga menyarankan agar kita semua kembali kepada alam ( back to nature ). Menggali kembali pengobatan metode Rasulullah yakni bekam.

Pada saat sessi diskusi/tanya jawab, beberapa peserta menambkan agar kita tidak terlalu sering bahkan jika perlu tidak menggunakan sama sekali tas plastik (kresek : jawa) berwarna hitam. Menurutnya tas plastik warna hitam itu dihasilkan dari pengolahan plastik-plastik bekas aneka warna dengan kadar karbon yang tinggi. Sangat membahayakan bagi kesehatan manusia jika mengkonsumi makanan dengan bungkus plastik tersebut.
Di dalam masyarakat kita, memang lazim menggunakan tas plastik warna hitam untuk makanan, bahkan makanan berkuah seperti mie pangsit, ketupat sayur, dll.
Tas plastik ini memang ringkas namun berbahaya jika terurai oleh panas makanan yang menyebabkan zat kimia kandunganya melekat di makanan dan masuk ke dalam tubuh kita. Ternyata tubuh kita belum mampu menguraikan zat itu.

Ikhwah fillah

Materi berikutnya adalah tentang sejarah dan nilai kegiatan Mukhoyam oleh seorang panitia (afwan, lupa namanya).
Berdasarkan kurikulum tarbiyah, maka mukhoyam masuk ke dalam wasail tambahan. Meski tidak masuk dalam wasail tarbiyah utama, khusus daerah Jawa Tengah mukhoyam wajib dikerjakan satu tahun sekali.

Mukhoyam yang bertujuan untuk membugarkan para aktivis dakwah rencananya akan semakin ditingkatkan materi dan pematerinya.
Bulan Agustus 2008 mendatang, insya alloh mukhoyam akan dilaksanakan di Nusakambangan dan Kepulauan Karimunjawa.

Friday, January 04, 2008

Mukhoyam ( Bagian II, Warming Up)

bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum...
Ayyuhal ikhwah, berjumpa kembali dengan Afoe. Hari ini Afoe akan menyampaikan kisah petualangan Mukhoyam Sapu Jagad bagian ke II.
Bagian II ini merupakan warming Up bagi para peserta. Seru, ramai, lelah, namun menyehatkan dan menyenangkan.

Pada bagian I, Afoe sampaiakan bahwa teman² Kota Tegal berhasil tidur diatas rumput belantara.
Kami segera terjaga setelah mendengar seruan adzan Shubuh. Semua peserta berlomba mengerjakan sholat Shubuh berjamaah. Yup, berjamaah di tengah belantara yang mulai terang oleh fajar.
Inilah salah satu point yang Afoe sukai. Meski dalam keadaan sulit, jauh dari keramaian, minimnya fasilitas para ikhwah tetap mengutamakan sholat, berjamah lagi. Catat yah ! Kalau ada kegiatan ikhwah yang meninggalkan sholat, tinggalkan saja kegiatan itu!

Belantara mulai terang oleh fajar, entah matahari ada disebelah mana? Arah barat dan timur pun belum yakin kemana?
Rimbunnya poho pinus dan tumbuhan lain membuat sinar matahari terhalang.

Para ikhwah berkumpul di sebuah tanah lapang, dengan ukuran 75 meter x 25 meter dengan sebagian tekstur tanah berbentuk gundukan memanjang.
324 peserta mukhoyam sapu jaga bertatp muka disana.
Semakin siang, belantara semakin terang, sinar matahari yang tadi pagi seperti enggan muncul kini membasuh tubuh kami dengan hangatnya. Oh... sungguh kali ini kami tersadar akan kebesaran dan keni'matan dari Alloh berupa sinar matahari yang sering kami abaikan.

Wajah-wajah khas para ikhwah terlihat jelas. Senyum tulus, guratan perjuangan di wajah menandakan bahwa ikhwah ini adalah para aktivis yang tak kenal lelah.
Yang berbeda adalah logat bicara dan bneberapa jenis kulit, dan ras lainnya. Namun perbedaan ini lebur dalam kesatuan aqidah Islam, menyatu dalam satu perjuangan menegakkan kalimatullah.

Kami dibagi menjadi 20 kelompok dengan masing-masing kelompok diisi ± 16 orang oleh panitia.
Sementara itu, teman² Kota Tegal yang berjumlah 6 orang harus rela dikorbankan menadi 2 bagian. Bagian pertama ikut kelompok Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal, sedangkan sisanya dua orang ikhwah ( Afoe & Rozak ) bergabung dengan kelompok Grobogan, purwodadi, dan Pati. Asyik banget dapat silaturahim dengan ikhwah luar kota.

Panitia memberikan kesempatan para kelompok untuk memilih ketua, menentukan nama dan yel². Berdasarkan ketentuan yang diberikan oleh panitia, nama kelompok haruslah berhubungan dengan bahan bangunan.
Maka dari itu kelompok kami menamakan diri Talang, seorang ikhwah dari Pati dipilih menadi ketua Talang.
Kami juga membuat yel-yel singkat, berikut yel-nya :

" Air mengalir lewat Talang....... (Talang)" 2x
" Kalau tiada Talang 2x
" Rumah Anda....kebanjiran "

Agenda berikutnya, panitia memberikan nomor kapling kepada semua kelompok. Talang mendapatkan kapling nomor 11.
Setelah mencari-cari letak kapling 11, kami segera membangun tenda pivate dari jas hujan yang dibawa masing-masing peserta. Kapling ini memang menuntu kemandirian dan kreatifitas tiap peserta.
Jas hujan yang kecil (bentuk batman) harus bisa dijadikan tempat istirahat (tidur,dll).
Hasilnya? Banyak yang hanya menggelar jas hujan miliknya menjadi alas duduk, seperti itu pula yang dilakukan Afoe dan sebagain besar kelompok Talang.
Kami meletakkan semua perbekalan baik yang sudah masuk di dalam tas ransel ataupun yang dijinjing dengan tas plastik ( kresek).

Peluit pendek-pendek berbunyi, pertanda semua peserta harus berkumpul di tanah lapang tadi. Tanah lapang ini akhirnya menjadi pusat pertemuan peserta.
Kami bergegas menuju lapangan. Laksana harimau yang memburu mangsa, berlari kencang.
Kali ini semua peserta telah sampai lapangan sebelum hitungan 10 dari panitia selesai.

Kami melakukan kegiatan Apel pertama dilanjutkan peregangan badan yang dipandu oleh KORSAD ( Koorps Satuan Tugas Pandu Keadilan ).
Wuih.....asli meregang otot-otot di badan ini. Bagi para ikhwah yang tidak biasa olahraga makan pegal-pegal akan langsung terasa.
Mukhoyam ini bertujuan untuk mendapatkan produk-produk ikhwah dengan jasmani yang BUGAR.
Sekitar 20 menit peregangan badan dilakukan.

Warming Up
Kami ditugasi untuk melintas perbukitan di sekitar lokasi mukhoyam yang berjarak ± 5km dengan lari. Rute yang berkelok-kelok serta naik turun membuat peserta banyak yang kelelahan di 10 menit pertama. Selanjutnya antum tahu sendiri..... ( para ikhwah banyak yang jalan kaki, tak kuat dengan rintangan yang ada).
Terlebih para ikhwah yang tidak mengikuti persiapan mukhoyam dan tidak biasa olahraga.

Meski demikian, tidak kurang dari 45 menit semua peserta bisa mencapai finish. Afoe sendiri berhasil menemui finish di menit 33,32 menit.
Keringat bercucuran, kaki panas mambara karena berlari diatas jalan beraspal, kepala pening, mata berkunang-kunang, jantung berdetak kencang, tenggorokan haus luar biasa, perut lapar tak terkira.
Subkhanallah, panitia mukhoyam memang cerdas. Mereka mengajak kami berlari-lari agar lapar meningkat, sehingga sarapan pagi bisa lahap.
Benar saja, usai lari-lari menyusuri jalan berbukit, kami sarapan pagi. Ni'mat, lezat, gurih, dan enak. Nasi putih dipadu dengan ayam gulai. Sedikit namun ni'mat, kelihatanya karena kelaparan yang menyergap seluruh peserta.
Kami rehat sejenak menanti agenda yang telah dirancang panitia.

Thursday, January 03, 2008

Mukhoyam ( Bagain I, perjalanan ke lokasi)

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamulaikum ikhwah f illah semuanya. Kali ini Afoe ingin menyampaikan sebuah perjalanan yang cukup indah.

Tegal, Sabtu, 22 Desember 2007Pukul 20.30, Afoe dan rombongan Kota T egal meluncur menuju sebuah lokasi perkemahan.
Berdasarkan informasi lokasi ini berada di kaki dan lembah gunung Merbabu Kabupaten Semarang.
Kami menggunakan mobil jenis Avanza yang dipinjam dari salah seorang pejabat.
Alhamdulillah perjalanan yang panjang ini cukup nyaman dengan fasilitas mobil baru nan bersih.
Rute yang kami laluli dimulai dari : Kota Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang, dan berhenti di pondok pesantren Sabilul Khoirot Solotigo.
Di ponpes tersebut, kami bertanya seputar rute berikutnya agar dapat sampai ke lokasi dengan aman dan selamat.
Alhamdulillah disana, sudah ada 2 orang panitia yang bertugas menunggu para peserta dari luar kota.
Nampak sebuah mobil berwarna biru dengan merk sama dengan yang kami tumpangi.

Perjalanan berikutnya, kami dipandu oleh panitia yang menggunakan motor tril. Pemandu membawa kami menyusuri jalan setapak yang cukup lebar dan halus.

Dalam hati ini kami bergumam : " sungguh pemimpin di daerah ini sangat bijak." Jalan-jalan sudah di aspal halus, bak jalan tol pusat kota saja. Alhamdulillah.

Jalanan setapak ini terkadang naik, turun, terkadang lurus dan tidak sedikit harus berkelok-kelor seperti ular. Beberapa ruas diantaranya memiliki 3 rintangan : naik, berkelok, dan berupa jembatan.

Pukul 03.15 WIB, kami sampai di sebuah jalan menikung. Disana sudah ada mobil² yg parkir berderet. Jika diperhatikan mobil² itu rasanya sudah lama ada disana.

Kami ber-6 turun dari mobil, mendekati orang-orang-panitia yang menunggu.

Instruksi pertama yang Afoe dengar adalah : berjalan menyusuri jalan setapak ( lebar nya 15 cm), kemudian mencari tempat untuk tidur.

Segera kami ber-6 berjalan menyusuri jalan setapak yang berada tepat di depan kami. Pelan-pelan kaki ini melangkah. Hanya cahaya cakrawala dari langit yang menuntun kami. Alhamdulilah, beberapa teman membawa senter yang semakin memudahkan penyusuran ini.

5 menit kemudian, kami melihat banyak cahaya-cahaya merah seperti api menempel di pepohonan sekitar jalan setapak. Kami berhenti sejenak. Mata kami memperhatikan cahaya itu. Yah, cahaya itu berasal dari lampu badai yang di pasang di dahan-dahan pohon.

Mata kami juga menangkap bayang-bayang hitam yang terdiam dibawah pohon² itu. Tak lama kemudian kami menebar pandangan. Ada lebih dari 20 cahaya lampu dengan bayangan hitam dibawahnya.

Kami mendekati salah satu cahaya lampu itu. Bayangan hitam semakin jelas terlihat. Semakin dekat dan dekat. Bayangan hitam itu ternyata segerombolan peserta yang sudah terlebih dahulu hadir di lokasi Mukhoyam dan terlebih dahulu tidur.

Kami menggelar karpet berwarna biru dibawah sebuah pohon pinus. Kami pun menyalakan lampu badai dan menggatunggkan di dahan pohon pinus. Mata ini berusaha terlelap, meski hati masih bertanya. Dimanakah ini?

Bisakah kami tidur di belantara nan gelap ini? Amankah dari binatang buas? Dll...

Setelah pikiran dan hati berpikir, kami tidur juga.

......

Adzan shubuh terdengar sayup-sayup. Entah dari mana asalnya. Belantara yang pekat ini mulai ramai dengan hiruk pikuk para ikhwah yang akan sholat Shubuh.

Rasanya baru saja tidur, sudah harus bangun lagi. Mungkin karena kami terlembat datang, sehingga waktu rehat sangat sedikit. Resiko.