Friday, January 11, 2008

Mukhoyam ( Bagian V, Mendaki gunung Merbabu, TAMAT)

bismillahirrahmanirrahim

Ikhwati fillah, di penghujung catatan Mukhoyam, Afoe akan sajikan reporting perjalanan mendaki gunung. Diselingi dengan outbond-outbond menarik sekaligus strategi ketangkasan membela dan menyerang.

Catatan sebelumnya mengisahan perjalanan mukhoyam pada materi survival, memburu ayam, belalang, dan sayuran. Berikutnya memakan menu-menu diatas beramai-ramai.

Matahari cerah memancarkan sinarnya. Membasuh dedaunan cemara dan sejuta batang pohon yang berdiri tegak mencengkram bumi.
Ratusan orang-orang nampak berkumpul diantara celah-celah pepohonan yang jarang. Mereka menggerak-gerakkan badannya. Mereka sedang olahraga senam.
Terdengar keras alunan suara kaset senam pengiringnya. Semakin dekat pengamatan semakin jelas bahwa mereka memang sedang senam. Raut muka mereka nampak berseri meni'ati udara segar yang sudah lama tak mereka dapatkan.
Udara segar ini menyapu wajah-wajah penuh senyum yang terbiasa hidup di dalam hiruk-pikuk kota nan gersang, panas, dan pengap.
Sejenak mereka melepaskan kepenatan diri.
Dan Afoe berada diantara ratusan orang-orang itu. Larut dalam olahraga penuh semangat, penuh persaudaraan.

Keringat bercucuran tanda badan telah panas, siap melakukan kegiatan-kegiatan berikutnya.
Senam usai, kami kembali ke "tenda" *).

OutBond
Peluit pendek-pendek terdengar dari pusat lapangan. DAlam hitungan kurang dari 10 seluruh peserta nyaris telah berkumpul. Sisanya harus menjalankan 5 kali push-up sebelum bergabung dalam barisan kelompoknya.

Pagi itu, kami akan melakukan outbond ringan. Masing-masing kelompok disebar pada tiap pos agar tidak terjadi pengumpulan peserta.

Mula-mula menuju pos II (seluruhnya ada 4 pos). Disana sudah siap seorang pemandu outBond.
Games yang akan kerjakan mempunyai nama "Kecil tapi Besar" ( ini versi Afoe lho...ndak tahu namanya apa? Panitia ga memberikan nama, dan meminta kami melakukan instruksinya).

Ada dua utas tali kapal yang diikatkan pada sebatang pohon. ada 8 batu yang berada di bawah tali besar itu.
Aturannya adalah :
1. Salah satu peserta harus mengambil batu-batu yang berada di tanah tanpa berjalan menyentuh tanah.
2. Jika peserta menyentuh tanah/jatuh maka harus diganti dengan peserta lain.
3. Cara mengambil harus menggunakan media tambang besar tadi.

Kami harus melawan kelompok lain yang juga telah siap.
Hitungan ke 3, permainan dimulai.
Seorang dari kami yang memiliki tubuh ringan dan cakap dalam berpegangan tali dipilih.
Dia merayap di bawah tali besar yang dibentangkan dengan kekuatan 15 orang.
Sungguh benar-benar yang disampaikan pemandu.
Bahwa beban satu orang tadi nyaris lebih berat dari 15 orang yang menarik tali.

Dengan susah payah kami memutarkan tali agar teman yang sedang bergelantungan di tali bisa mengambil batu dibawahnya.
Batu I, II, III, IV, V, VI,VII berhasil kami ambil.
Sedangkan batu yang terakhir harus kami ambil dengan tenaga ekstra karena lawanpun ternyata mampu melakukannya. Alhamdulilah, kali ini kami berhasil menyelesaikan games ini lebih dahulu. Menang.

==Bisa mbayangin permainannya gak? makanya ikut mukhoyam biar tahu sendiri...:)= =

Game II, kami harus estafet tongkat selama 16 kali putaran dengan cara merangkak dibawah sudut yang terbentuk dari kaki-kaki peserta yang berdiri.
Game ini bersifat kompetisi dengan tim lain.

Coba perhatikan permainannya.
16 orang berdiri lurus membuka kaki-kakinya (kangkang). Begitu pula dengan tim lain melakukan hal yang sama.
Seperti biasa, aba-aba mulai jatuh pada hitungan 3.

Peserta yang berdiri paling depan berlari menuju barisan paling belakang, membawa tongkatnya dan merangkak dibawah timnya yang kangkang. Begitu seterusnya hingga estafet terakhir pada anggota urutan 16.
Pada permainan ini, kelompok kami harus puas di posisi II.

Permainan ketiga adalah balapan berjamaah.
Seutas tali besar yang diikat melingkar, kami ambil dan semua anggota tim.
Kami berkompetisi dengan kelompok lain. Game ini pun kami harus puas di posisi II. Alhamdulillah tetap ceria dan bugar.

Sebenarnya masih ada 3 games lagi yang akan dimainkan, tapi karena waktu semakin sore dan kami harus mendaki Merbabu maka permainan dicukupkan.
Permainan yang tersisa, adalah Mix Of Three = merangkak, lompat harimau, dan roll depan belakang dalam satu ritmen, Menara Manusia, dan terakhir, Flaying Fox.

Kami rehat, berkemas, membersihkan belantara dan segera apel pemberangkatan pendakian.

Mendaki Gunung Merbabu

Kami meninggalkan belantara pukul 17.00, alhamdulillah kami telah melakuakn sholat dhuhur dan ashar yang dijamak.
Perlahan menapaki jalanan alam yang ditengah-tengah bukit. Sepanjang jalan pemandangan indah terhampar. Sawah-sawah terpetak alami. Kebun-kebun milik penduduk nampak subur dengan tanaman palawijanya. Sebagian masih ada yang sedang digarap oleh pemiliknya.

Kami berjalan seperti semut yang sedang membawa makannya. Bekal dan peralatan mukhoyam tersimpan rapi di dalam ransel. Tongkat-tongkat yang terbuat dari bambu menjadi pegangan.

Jalanan yang berkelok,turun-naik, beraspal, berbatu, dan seringnya hanya berupa tanah liat kami susuri.

1,5 jam kami berjalan. Beberapa dusun-dusun kami lewati. Penduduknya ramah khas pedesaan. Asap mengepul dari reremputan yang dibakar pemilik kambing, sapi dan kerbau.
Penduduk lainnya lebih memilih memelihara kelinci. Kandang yang terletak di depan/ disamping rumah memudahkan kami mengetahui hewan-hewan apa yang dipelihara oleh penduduk.

Alhamdulillah, kini kami akan melewati jalan beraspal halus, halus banget seperti jalanan kota.
Mungkin jalanan ini digunakan untuk mempermudah arus petani dalam membawa hasil bumi ke kota. Alhamdulillah, pemerintah memperhatikan aspek perekonomian desa.
Benar saja selama 1/2 jam jalan yang kami lalu beraspal dengan tikungan dan tanjangan serta posisi turun yang tajam.

Menjelang maghrib kami sampai di Posko Pemantauan Gunung Merbabu. Posko ini digunakan untuk mendata para pendaki yang akan melakukan pendakian.
Pelaporan keberangkatan, dan waktu pulang pendakian.

Seluruh kelompok memeriksa anggotanya. Perhitungan final, kelompok kami hanya memberangkatkan 15 orang karena satu orang tidak dapat mendaki dengan alasan cirik khusus (sakit, baru saja dioperasi, cacat, dll).

Usai sholat maghrib dan menjamak sholat Isya. Seluruh peserta mendapatkan fasilitas makan malam sederhana.
Kami juga dibekali dengan singkong, buah salah, dan gula jawa 1 kg. Alhamdulilah.
Botol-botol kini telah terisi penuh oleh air mineral.
Persis pukul 19.00 kami mulai pendakian.

Perlu diketahui bahwa gunung Membabu memiliki tinggi 3142 mdpl dibagi menjadi 4 pos pendakian.
Masing-masing pos memiliki ketinggian yang berbeda. Semakin banyak nilai pos semakin tinggi tempatnya.

Jalanan yang dilalui berupa tanah liat yang membentuk jalur panjang setapak seperti ular. Dibagaian lain berupa bebatuan dan berair, licin.
Dikiri dan kanan terdapat jurang yang terjal. Harus ekstra hati-hati.
Pos I telah terlewati.

Malam semakin larut, namun kami tetap mendaki mengejar matahari yang akan terbit di esok hari. Secercah iming-iming hadiah akan indahnya matahari terbit- sunrice-.

Langit yang berawan memberikan keindahan tersendiri. Bulan setia menyinari dan menamki kai mendaki sang Merbabu.
Dalam hati kami bertasbih, takbir memuju kebesaran alloh SWT atas ciptaanNya.

Tiba di POS II, kami kembali rehat, mengisi botol-botol dengan air mineral alami gunung.
Pos ini dikabarkan sebagai cadangan air terakhir.
Kami minum sepuasnya.
Setelah lapor kami melanjutkan perjalanan ke pos III.

Perjalanan semakin sulit saja. Jalanan yang setapak kini menyempit oleh tanaman liar. Bahkan ada yang terbelah oleh air hujan dari puncak gunung. Sangat jelas jejak air hujan dari bekas alirannya.
Kami bayangkan bahwa air ini tidak sedikit, melainkan seperti arus sungai yang mengalir deras dari tempat tinggi.

Kami terus menyusuri jalan setapak hingga lelah benar-benar menggerogoti tubuh kami. Kami tidur ditempat terbuka. Diantara bongkahan tanah dan pepohonan pete cina.

Jika diingat, kami hanya rehat 15-30 menit tiap pos.

Kami bangun, melaksanakan sholat malam/tahajud sekuatnya. Sungguh sholat yang sangat berat. Point menjadi ibroh, betapa sangat merugi orang-orangyang diberikan keluangan dan kekuatan sehat malas untuk qiyamulail.

Bayang-bayang pos IV dan puncak Merbabu ditambah denagn indahnya matahari terbit menyemangati kami untuk melanjutkan pendakian.
Letik yang terasa seakan terlupakan untuk segera menyelesaikan pendakian.

Sementara itu, dari kejauhan sosok gunung Merapi dan Semeru berdiri tegak memaku bumi. Jalan-jalan tol di kota tampak kerlap-kerlip lampunya. Indah dan indah.

Tak terbayangkan, kami berhasil mencapai POS IV. Sebuah pos lebih mirip dikatakan sebagai puncak.
Kami berpikir bahwa Pos IV adalah puncak karena memang letaknya paling tinggi diantara tempat lain.
Udara jauh lebih dingin dari udara lemarin es/kulkas di rumah kita. Sungguh.
Kulit tangan membeku. Sakit dan dingin seperti memegang bongkahan es balok. Dingin.

Sedih memang, ketika mengetahui sebagai anggota kelompok kami tak bisa mencapai pos IV. Mereka sakit sehingga harus rehat di pos II dan III. Insya Alloh nanti, kami akan berbagi tentang kondisi puncak yang kami gapai.

Kata panitia yang berada di POS IV, puncak merbabu berada diatas pos ini. Kira² 45 menit perjalanan kaki.
Wah........
Kabut dan awan yang bertebaran menutup puncak gunung. Kami pun seperti berdiri diatas awan yang berterbangan disekitar kami.

Tak berapa lama nampak puncak gunung Merbabu. Disana ada semacam tower/pemancar. Dengan menggunakan tenaga angin, kincir yang berada di tower itu menghasilkan listrik. Sayang tower itu terlihat rusak.
Baling-baling dari kincir angin mengeluarkan suara seperti helikopter. mirip banget.
Dari Pos IV malah semua orang menduga kalau di puncak Merbabu sedang ada pendaratan helikopter.

Pukul 05.15, kami tiba di puncak. Melaporkan keadaan personil kami dan segera turun.
Kami segera turun karena tak tahan dengan suhu udara yang terlalu dingin dan angin yang bertiup kencang.
Posisi puncak yang curam juga sangat membahayakan bagi para pendaki.

Kami menuruni gunung Merbabu. Segera, setengah berlari.
Alhamdulillah, kami berhasil "menaklukan" gunung merbabu.





*) Tenda ini terbuat dari selembar jas hujan yang dibawa masing-masing peserta, beruntung Afoe membawa jas hujan berbentuk seperti kostum Batman sehingga bisa dibuat atap dan tembok mungil.beruntung lagi ketika peserta tetangga mendirikan tenda persis menempel dengan tenda Afoe, koalisi. Satu untuk atap dan tembok, satunya lagi untuk alas. Bagaimana dengan peserta yang membawa jas hujan berbentu celana dan baju? Bayangin aja sendiri...:)

No comments: