Monday, January 14, 2008

Cukup 3 menit melintas Jawa Tengah & Jawa Barat

bismillahirrahmanirrahim

Ahad, 13 Jan 2008

Rombongan binaan Afoe melakukan silaturahim ke salah satu anggota halaqoh yang berasal dari luar kota. Kami berangkat dari kota Tegal menuju Losari pukul 16.30.

Perjalanan menggunakan bus antar propinsi membuat kami terasa "nyaman". paling tidak ukuran bus yang besar membuat perjalanan tak khawatir tersalip dan tertinggal dari kendaraan lain.

Tarifnya sangat murah, jika dibandingkan dengan jauhnya jarak serta rawannya jalan raya. Mulanya kami akan menempuh perjalanan dengan motor, namun khawatir dengan keganasan jalur pantura. Apalagi berdasarkan pengalaman pribadi jalur panturan di bagian barat Jawa Tengan itu menyempit.

Untuk orang dewasa, kondektur bus mengenakan tarif Rp. 6.000, jika bisa menawar kita mendapatkan korting Rp. 1.000. Sementara untuk anak-anak (pelajar) hanya dikenakan tarif Rp. 3.000. Murah kan?

Satu setengah jam kemudian, kami telah sampai di tempat tujuan. Losari. Kaki kiri turun dari bus diikuti kaki kanan yang sigap melompat. Beriringan dengan teman-teman lain berjalan menuju salah rumah. Kira² 400 meter, kami berjalan hingga menjumpai rumah berwarna putih dengan pagar besi berwarna hijau. Yah, itulah rumah kawan yang kami tuju.

Kami masuk dan rehat sejenak melepaskan lelah serta beradaptasi dengan lingkungan.

Beberapa menit kemudian, seluruh penghuni rumah itu pulang. Ada ayah, ibu, kakak, kakak ipar, dan keponakan dari teman kami. Mereka menyapa kami dengan hangat.

Hari semakin sore, ayam-ayam kembali ke kandangnya. Langit mulai gelap, matahari telah lebih dahulu berada dibalik cakrawala sore. Esok ia akan kembali bekerja. Insya Alloh.

Kami berdelapan, bersiap untuk sholat Maghrib di sebuah mushola kecil yang terletak 200 meter dari rumah teman kami. Mushola mungil ini mampu menampung 50 jamaah laki-laki dan 30 jamaah wanita. Suasana khas pedesaan sangat jelas terlihat. Rukun dan tenang. Kami berlomba menempati shof sholat terdepan, karena kami yakin itulah barisan sholat terbaik. Demikian pula ketika sholat Isya dan Shubuh disana.

Ba'da mahrib kami menggelar pengajian rutin hingga pukul 22.00. Ketika adzan Isya berkumandang kami jeda untuk rehat dan melanjutkan usainya.

Malam hari itu, tema yang diambil adalah KREATIF. Tema ini diambil lantaran kebutuhan para peserta. Pserta yang rata-rata masih usia sekolah menengah atas ini diharapkan dapat menapaki hidup penuh kreatif. Masa muda sering dijadikan lompatan prestasi unggul juga sebaliknya menjadi masa hitam menuju kehancuran.

Pemuda sering berpikir pendek tanpa mengingat akan masa depan. Yang mereka tahu adalah hidup itu SEKARANG dan SEKARANG lah hidup. Bukan BESOK apalagi masa depan, kecuali ada yang mau mengingatkan (orangtua, guru, pendamping/pembimbing, saudara, teman, dan sahabat).

Kreatif adalah sebuah sifat yang memungkinkan pelakunya tidak akan mengalami mati kutu dalam menghadapi berbagi ujian. Dia akan terus mencari-cari celah demi mendapatkan cita-citanya. Bayangkan jika mereka kreatif dalam kebathilan, kejahatan dan kemaksiatan. Sungguh sangat sulit untuk mengobatinya.

Rasa ingin tahu, berontak, dan jiwa yang bebas dimiliki oleh hampir semua pemuda. Managemen yang salah dapat membuat mereka terjerembab dalam kenistaan yang tiada akhir, hingga akhirat. Naudzubillah.

Kajian diakhir pukul 22.00, kami rehat untuk mempersiapkan Qiyamulail pukul 03.00 dan riyadhoh ba'da Shubuh.

5 Jam kemudian kami bangun melaksanakan sholat tahajud di rumah teman kami hingga pukul 04.15. Sambil menuggu sholat shubuh datang, kami melakukan tilawah, rehat, dan nglipatin kasur serta selimut dan bantal yang kami pakai.

Adzan Shubuh terdengar nyaring. Lebih nyaring dari adzan Maghrib dan Isya. Mungkin karena suasana Shubuh jauh lebih tenang. Kami bergegas ke mushola agar bisa menempati shof terdepan, persi di belakang sang imam. Hanya 20 menit kami berada di mushola itu, sholat, dzikir, dan berdoa kepada Alloh SWT.

Udara sejuk pagi hari menyapa, ketika kami melakukan joggin menyusuri jalanan sempit kampung Losari. Kami berada tepat di perbatasan antara propinsi Jawa T engah dan Jawa Barat.

Hanya membutuhkan waktu sekitar 3 menit kami dapat memasuki wilayah Jawa Barat, begitu pula kami kembali lagi ke wilayah Jawa Tengah dalam 3 menit.

Perbatasan ini berupa sungai Cisanggarung. Dengan lebar ± 100 meter yang memisahkan propinsi Jawa T engah dan Jawa Barat membuat kami begitu bangga, dapat melintasinya dengan waktu lumayan cepat, 3 menit.

Diatas sungai ini dibangun jembatan besar yang kokoh dan kuat, membuat perekonomian menjadi hidup. Bahkan di bawah jembatan ini terdapat pasar kebutuhan sehari-hari.

No comments: