Saturday, March 17, 2007

Pulang Enggan, Bertahan Tak Mau

bismillahirrahmanirrahim

Ya Alloh, benar² pujian hanya untukMu.
Ya Rasulullah, semoga kami dapat memenuhi seruannya menjadi ummat terbaik dengan mengikuti sunnahmu.
Semoga sholawat dan salam tercurah atasmu dan pada orang-orang yang istiqomah menapaki jalan dakwah ini.
Amin.

Menjelang perhelatan penuh berkah bulan mendatang, afoe sering berkunjung ke rumah bapak dikampung.
Urusannya yah seputar silaturahim, administrasi dan menyiapkan ruang depan rumah untuk tempat tinggal usai perhelatan berkah.

Allahuakbar.
Banyak keadaan miris ketika harus pulang ke kampung.
Para penduduk kampung yang sederhana itu pelan², namun pasti menjadi korban kapitalis dan kejahiliyahan.
Pekerjaan mereka yang seadanya (alhamdulillah, semoga mereka masih bisa tetap bekerja) nyaris membuat mereka lupa memperhatikan kebutuhan ruhiyah.

Pemandangan itu selalu terpampang jelas layaknya tayangan televisi dengan menggunakan antena terbaik.
Sedih memang.
Bagaimana dengan keluarga yang Afoe singgahi kali ini?
Sama saja.
Serba kekurangan, sebab prihatin.

Qodhoya seputar ekonomi menjadi pilihan pertama, berikutnya qodhoya miris yang tak sanggup terucap dari lisan mereka.
Banyak yang ingin afoe lakukan, meski tak banyak yang terealisasikan.
Lebih banyak rencana dalam otak ini ketimbang yang dijalankan.
Ya Alloh, maafkan hambaMu yang lemah ini.

Memberikan pertolongan pada mereka pun, afoe tak bisa hanya senyuman indah yang terberi saat berjumpa dengan mereka.
Menyelamatkan diri dan keluarga seakan menjadi pertolongan bagi mereka agar tak sedih melihat diri dan keluarga ini terliputi kesulitan hidup seperti mereka.
Sekilas memang nampak seperti itu (egosi), ini adalah langkah terbaik dari yang bisa dilakukan.
Makanya ketika ada program dari partai atau yayasan tempat afoe bergaul, orang-orang disekitar rumah pasti diajukan. Kadang berhasil kadang tidak.

Setelah sekian lama ngontrak di tengah kota, maka saat ini pilihan untuk kembali membangun kampung membesar dalam jiwa.
Rasanya tak rela, melihat kepesatan kota diatas kerendahan kampung.
Tak rela rasanya memiliki banyak prestasi di kota, sedangkan taring tak berfungsi sama sekali ketika dihadapkan pada masyarakat kampung.

Terbiasa interaksi dengan pemuda² terdidik seakan memanjakan pengetahuan, kebiasaan dan akal ini.
Pemuda² kota yang akademis, mudah sekali transformasi nilai-nilai kebaikan pun sebaliknya nilai-nilai jelek terserap mudah.

Wah,,,,,segera deh kembali kampung.
Untuk antum yang masih bingung untuk kembali ke kampung, afoe tegaskan tak usahlah ragu.
Banyak peluang yang terbentang disini, di kampung kita.
Antum yang sarjana politik dapat berperan dalam pertarungan pemilihan kepala desa.
Antum yang sarjana-sarjana keahlian lain pun banyak dibutuhkan oleh kampung-kampung kita.
Bahkan jika antum adalah orang-orang yang tak berhasil di kota, maka kampung nan indah ini siap menampung antum untuk berkarya bukan menjadi pengangguran.

Jadi....pulang yuk ke kampung !

No comments: